Jaksel (JBN) – Tembok di MTsN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan, roboh hingga mengakibatkan tiga siswa tewas dan luka berat akibat tertimpa. Dilansir dari keterangan resminya, Kepala BPBD DKI Jakarta mengatakan bahwa tembok roboh akibat luapan air banjir kemudian menerjang area sekolah.
Menanggapi kejadian yang menimpa peserta didik, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut, ketika bencana alam baik gempa maupun banjir terjadi pada jam belajar atau saat hari sekolah memang akan menimbulkan kerentanan anak-anak atau peserta didik dan guru berpotensi kuat menjadi korban.
“Karena pada hari masuk sekolah, warga sekolah sedang banyak-banyaknya, bisa ratusan orang berada di sekolah tersebut,” ungkap Komisioner KPAI dalam keterangan resminya, di Jakarta, Jumat (07/10).
Oleh karena itu, KPAI menilai pentingnya SOP Penanganan saat bencana terjadi, misalnya banjir, maka SOP nya ada evakuasi anak-anak harus naik ke lantai 2 atau 3 semuanya dan tidak ada yg boleh dilantai 1 apalagi di halaman sekolah bermain hujan karena akan sangat berisiko pada keselamatannya.
“Bisa ada petir, terseret air atau ketimpa tembok sekolah spt kejadian ini,” imbuh Retno.
Kejadian tersebut, lanjut Retno, menekankan perlunya SOP bencana pada sekolah-sekolah, apalagi selolah yang berada dekat sungai. Selain itu, sekolah wajib memiliki jalur evakuasi ketika terjadi bencana.
“Misalnya ketika gempa bumi, maka anak-anak dievakuasi keluar ruangan, namun ketika banjir terjadi, sebelum ada pertolongan karena hujan deras masih berlangsung, maka warga sekolah harus dievakuasi ke lantai yang lebih tinggi,” ucapnya.
“Karena itu, SOP itu wajib di latih atau dipraktekan ke warga sekolah agar saat bencana terjadi semua tertib diarahkan ke jalur evakuasi untuk penyelamatan,” tekannya.
Atas musibah tersebut KPAI secara resmi memberikan rekomendasinya yang diantaranya,
1. Saya sebagai Komisioner KPAI menyampaikan keprihatinan dan duka yang mendalam atas meninggalnya 3 siswa MTs Negeri 19, Pondok Labu Jakarta Selatan, termasuk 1 anak korban yang mengalami luka;
2. Mengapresiasi BPBD dan Damkar DKI Jakarta yang sudah bergerak cepat untuk mengevakuasi korban maupun seluruh warga sekolah yang saat kejadian masih berada di lingkungan madrasah;
3. Mendorong Dinas PPPA Provinsi DKI Jakarta untuk membantu asesmen psikologi pada korban selamat namun menyaksikan kawan-kawannya yang meninggal karena tertimpa tembok yang roboh. Juga psikososial kepada pendidik dan peserta didik akibat musibah ini;
4. Mendorong kementerian Agama untuk segera memperbaiki kondisi madrasah agar peserta didik dapat segera mengikuti PTM Kembali